Konsep Dan Teknik Kursi Kosong dalam Pekerjaan Sosial
Kursi Kosong |
Kursi kosong merupakan salah satu teknik terapy
Gestalt yang banyak diterapkan dalam terapy ini di kembangkan oleh Frederick
“Fritz” Pearls (Ramya, 2007). Teknik kursi kosong merupakan teknik permainan
peran dimana klien memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain atau
beberapa aspek kepribadiannya sendiri yang dibayangkan duduk/berada dikursi
kosong. Menurut Joyce & Sill (dalam Safaria, 2005), teknik ini dapat
digunekan sebagai suatu cara untuk memperkuat apa yang ada di pinggir kesadaran
klien, untuk mengeksplorasi polaritas, proyeksi-proyeksi, serta introyeksi
dalam diri klien .
Teknik ursi kosong sebagai alat biasanya digunakan untuk
membantu klien dalam memecahkan konfli-konflik interpersonal, seperti kemarahan
pada seseorang, merasa diperlakukan tidak adil, dan sebagainya.
Tujuan
pemakaian teknik ini adalah untuk mengakhiri konflik-konflik dengan jalan
memutuskan urusan-urusan yang tidak selesai yang berasal dari masa lampau klien
(Safaria, 2005:117). Dalam teknik ini, konselor menggunakan dua kursi sebagai
media pelaksananya. Konseloa meminta klien untuk duduk dikursi menjadi under
dog dimana under dog adalah pihak yang lemah, defensif, membela diri, tidak
berdaya, dan tidak berkuasa. Kemudian pindah ke kursi satunya sebagai top dog
dimana top dog adalah pihak yang berkuasa, otoriter, moralistik, menuntut,
berlaku sebagai majikan, dan manipulatif.
Teknik kursi kosong merupakan permainan peran dimana klien
memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain atau beberapa aspek kepribadian
sendiri yang dibayangkan berada dikursi kosong.
B. Asumsi Dasar
B. Asumsi Dasar
Teknik kursi kosong ini merupakan salah satu teknik dalam terapy
Gestalt, yang memandang bahwa:
1. Individu itu dapat mengatasi masalahnya sendiri dan memiliki kesanggupan untuk memikul tanggung jawab pribadi.
1. Individu itu dapat mengatasi masalahnya sendiri dan memiliki kesanggupan untuk memikul tanggung jawab pribadi.
2. Kesadaran adalah bagian yang paling penting dari pengturan
diri individu, agar ia mengetahui keseimbangannya sendiri kemudian mencari dan
menemukan apa yang diperlukan untuk memenuhi keseimbangannya tersebut, individu
harus menyadari dirinya sendiri.
C. Tujuan
C. Tujuan
1. Teknik ini untuk mengakiri konflik-konflik dengan jalan
memutuskan urusan-urusan yang tidak selesai yang berasal dari masa lampau
klien.
2. Sebagai alat membantu klien agar ia memperoleh kesadaran yang
lebih penuh dalam menginternalisasikan konflik yang ada pada dirinya.
3. Klien menjadi sadar akan apa yang mereka lakukan dan
bagaimana mereka melakukan itu, dan bagaimana mereka mengubah diri dan pada
waktu yang sama untuk belajar menerima dan menghargai diri mereka sendiri.
4. Teknik ini membantu klien untuk tidak mengingkari hal yang
sudah ada, dan hanya berbicara mengenai perasaan yang berkonflik, tetapi mereka
dapat menginfestasikan perasaan dan mengalami sepenuhnya.
5. Klien menjadi sadar bahwa perasaan merupakan suatu bagian
yang sangat nyata dalam diri mereka, sehingga teknik ini mendorong klien untuk
tidak mengabaikan perasaannya.
6. Klien bisa bertanggung jawab atas segala konsekuensi atas apa
yang ia kerjakan setelah terapi, tanggung jawab adalah pemahaman atau kemampuan
menjawab.
D. Karakteristik
1. Klien bisa bertukar peran sebagai diri sendiri dan orang
lain.
2. Terfokus pada pertentangan antara top dog dan under dog.
3. Mengekspresikan perasaan.
4. Permainan diperankan dalam top dog yang mirip dengan pihak
yang berkuasa, otoriter, moralistik, menuntut, berlaku sebagai majikan, dan
manipulatif.
5. Permainan diperankan dalam under dog yang mirip
pihak yang lemah, defensif, membela diri, tek berdaya, dan tidak berkekuasaan.
E. Prinsip Dasar
1. Keseluruan peran dimainkan oleh klien sendiri (top dog dan
under dog)
2. Teknik ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang mengalami
konflik internal dan untuk menyelesaikan faktor-faktor internal tersebut,
seperti: kurang percaya diri mengakibatkan rasa tertekan, minder.
3. Perhatian terfokus pada pemisahan fungsi kepribadian dari
individu antara top dog dan under dog.
F. Kelebihan dan Kekurangan
F. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
1. Klien berperan aktif dalam konseling sebagai top dog dan under dog.
1. Klien berperan aktif dalam konseling sebagai top dog dan under dog.
2. Jika potensi yang dimiliki klien bagus, maka
hal itu memotivasi klien untuk berubah menjadi lebih baik.
3. Dapat digunakan untuk membantu klien yeng
mengalami konflik-konflik internal yang hebat. Ex: rasa kurang percaya diri,
tertekan oleh keadaan lingkungan seperti dilingkungan kerja.
Kekurangan
1. Tidak semua klien mampu memerankan menjadi orang lain.
1. Tidak semua klien mampu memerankan menjadi orang lain.
2. Klien sering kali tidak jujur terhadap perasaannya sendiri
sehingga menghambat dalam penggunaan teknik ini.
3. Banyak klien yang tidak bisa berperan sebagai posisi top dog.
4. Tidak semua klien bisa mengungkapkan perasaanny dengan baik
pengalamannya saat konseling “here and now”.
G. Kemanfaatan
1. Untuk memahami urusan-urusan yang tidak selesai dalam
kehidupan klien yang selama ini membebani dan menghambat kehidupan klien secara
sehat.
2. menyadarkan klien untuk melihat kenyataan bahwa
perasaan-perasaan itu merupakan bagian-bagian darinya yang nyata.
3. Membantu klien agar bisa mengerti akan perasaan-perasaan atau
sisi dari dirinya yang mungkin diingkari.
4. Membantu klien untuk mengungkapkan perasaan-perasaan yang
bertentangan dengan dirinya secara penuh.
H. Kendala Aplikasi
1. Tidak semua klien bisa mengungkapkan
perasaannya dengan baik.
2. Klien sering kali tidak jujur atas perasaannya sediri dalam
proses konseling sehingga dapat menghambat proses konseling.
3. Minimnya peran konselor dalam pelaksanaan teknik ini
(konselor sebagai pengarah saja) sehingga klien tidak dapat mengeksternalisasi
peran yang dimainkan dengan maksimal (asal-asalan) sesuai kehendak klien.
I. Media dan Intrument
2 buah kursi
J. Prosedur Penggunaannya
1. Klien diminta untuk mengidentifikasi akan kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang ada pada diri klien.
2. Konselor memberitahukan bagaimana aturan main dari permainan
peran ini.
3. Klien diminta agar ia bisa menghadapkan suatu situasi,
dimana, kapan ia harus berperan sebagai top dog dan kapan ia harus memainkan
peran sebagai under dog.
4. Saat ia bermain peran dalam teknik kursi kosong, klien
diminta agar benar-benar memainkan perannya sesuai dengan kondisi sebenarnya
(serius). Contoh saat ia senang ia harus dapat mengungkapkan kegembiraannya
tersebut begitu sebaliknya saat ia sedang sedih ia harus dapat mengungkapkan
perasaannya tersebut. Dan saat ia sedang marah ia juga harus dapat
mengungkapkan kemarahannya dengan sungguh-sungguh.
5. Setelah permainan peran berakhir klien diminta untuk
mendiaknosis akan perasaan-perasaan yang dialaminya.
6. Mengevaluasi seberapa evektif akan keberhasilan dalam
pengungkapan perasaan klien.
Komentar
Posting Komentar