Konformitas
Book And White |
Dalam masyarakat
yang homogen dan tradisional, konformitas warga masyarakat adalah kuat.
Misalnya di desa-desa yang terpencil dimana tradisi dipelihara dan
dipertahankan dengan kuat, maka warga masyarakat desa tersebut tidak mempunyai
pilihan lain kecuali mengadakan konformitas terhadap kaedah-kaedah serta
nilai-nilai yang berlaku. Di dalam masyarakat desa yang terpencil, apabila
seseorang mendirikan rumah maka dia akan meniru bentuk-bentuk rumah yang telah
ada dan telah terinstitusikan bentuknya, sedangkan yang mendirikan rumah dengan
bentuk yang berbeda dengan pola tersebut akan dicela oleh para anggota
masyarakat yang lain.
Konformitas di
kota-kota sangat kecil karena kaidah-kaidah di dalam kota mengalami perkembangan
dan perubahan sehingga proses institusionalisasi sukar terjadi apabila
dibandingkan dengan masyarakat yang ada di desa. Bahkan konformitas di kota
besar sering kali dianggap sebagai hambatan terhadap kemajuan dan perkembangan.
Konformitas biasanya menghasilkan ketaatan dan kepatuhan.
Institusionalisasi
: suatu proses yang dilewati oleh sesuatu norma kemasyarakatan yang baru
untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan.
Konformitas
terbentuk secara ketat di bawah tekanan( pressure) untuk memenuhi permintaan
masyarakat /satu orang kepada orang lain. Hal ini bisa ditegaskan dengan contoh
sebagai berikut:
Di suatu suku
yang penduduknya disebut sebagai “trobrianders”dalam memenuhi kebutuhan,
mereka mengadakan pertukaran barang-barang ekonomi. Mereka yang hidup”inland
village” menyediakan sayur-sayuran untuk ditukarkan dengan ikan dan
sebaliknya mereka yang tinggal di tepi pantai/ “ coastal community”
membayar dengan ikan. Sistem permintaan yang timbal balik ini memaksa salah
satu pihak untuk membayar kapan saja ia menerima pemberian dari pihak-pihak
yang lain. Awalnya, secara nominal pemberian itu ditawarkan secara bebas, tapi
sekarang dipantau dengan penghitungan yang sangat hati-hati, barang yang diberi
dan diterima harus seimbang nilainya dan membawa keuntungan bagi kedua belah
pihak. Contoh lain adalah kehidupan sosial “trobrianders” mengenai pernikahan
dan keluarga. Dalam suatu keluarga terdapat kewajiban “resiprok” , Saudara
laki-laki harus menyediakan nafkah untuk makan kepada saudara perempuan, tetapi
suami saudara perempuan tersebut harus mengembalikan berupa pemberian secara
periodik.
Norma-norma timbul dalam masyarakat karena diperlukan
sebagai pengatur dalam hubungan antara seseorang dengan orang lain atau antara
seseorang dengan masyarakatnya. Diadakannya norma-norma serta
peraturan lain bermaksud untuk menciptakan conformity dari anggota
masyarakat terhadap nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat. Dalam
masyarakat yang homogen dan tradisionil conformity
dari anggota masyarakat adalah sangat kuat. Misalnya di desa
terpencil dimana tradisi dipelihara dan dipertahankan dengan kuat, anggota
masyarakat desa tersebut tdk mempunyai pilihan lain daripada mengadakan
conformity terhadap norma serta nilai yang berlaku. Di dalam masyarakat desa
yang terpencil misalnya apabila seseorang mendirikan rumah, maka dia akan
meniru bentuk-bentuk rumah yang telah ada .Yang mendirikan rumah dengan bentuk
berbeda akan dicela oleh anggota masyarakat lainnya.
Pengertian :
( Soerjono
Soekanto, 2000 ) :
Konformitas berarti
penyesuaian
diri dengan masyarakat dengan cara mengindahkan
norma dan nilai masyarakat.
( Kamanto
Sunarto, 2004 ) :
“the type of social interaction in which an
individual behaves toward others in ways expected by the group”.
Jadi konformitas adalah seseorang berperilaku terhadap
orang lain sesuai dengan harapan merupakan bentuk interaksi yang di dalamnya
kelompok.
( Kiesler &
Kiesler, 1969 ) :
“ Conformity is a change in behavior or belief as a result of real or
imagined group of pressure “
Konformitas
tidak hanya bertindak atau bertingkah laku seperti yang orang lain lakukan
tetapi juga terpengaruh bagaimana orang lain bertindak
(
Henslin, 1997 ) :
Laki-laki cenderung berperilaku sesuai dengan apa yang
diharapkan dari laki-laki dan perempuan berperilaku seperti harapan orang dari
perempuan. Berperilaku sebagai laki-laki atau perempuan lebih disebabkan karena
identitas diri sebagai laki-laki atau perempuan yang diberikan kepada kita
melalui sosialisasi.
Bayi laki-laki
dan bayi perempuan diperlakukan berbeda, diberikan pakaian berbeda,diberi
mainan berbeda.
Muzafer Sherif
(1966) :
yang dikutip oleh Zanden (1979) melakukan eksperimen di
Columbia University, para subyek penelitian adalah 2 orang mahasiswa yg diminta
memperkirakan jarak gerak suatu titik cahaya di layar dalam suatu ruang gelap.
Di kala eksperimen dilakukan dengan masing-masing subjek secara terpisah,
jawaban-jawaban yang diberikan cenderung berbeda satu dengan yang lain. Namun
manakala eksperimen dilakukan dengan beberapa orang subyek sekaligus dan para
subjek dimungkinkan untuk saling mempengaruhi, maka jawaban subyek cenderung
sama.Dari eksperimen ini Sherif menyimpulkan bahwa dalam situasi kelompok orang cenderung membentuk suatu norma sosial.
Dari hal itu
pula disimpulkan bahwa menurut M. Sherif, konformitas berarti keselarasan,kesesuaian perilaku
individu-individu anggota masyarakat dengan harapan-harapan masyarakatnya,
sejalan dengan kecenderungan manusia dalam kehidupan berkelompok membentuk
norma sosial.
Contoh : Pola memberi sumbangan, pelanggaran lalu lintas,
dll.
Dari
uraian mengenai berbagai pengertian “konformitas” di atas, dapat disimpulkan
bahwa konformitas adalah suatu
bentuk sikap penyesuaian diri seseorang dalam masyarakat/kelompok karena dia
terdorong untuk mengikuti kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang sudah ada.
Jenis Konformitas
a. Compliance : konformitas yang
benar-benar bertentangan dengan keinginan kita,
dilakukan untuk mendapat hadiah
atau menghindari hukuman.
b. Acceptance : Ada beberapa hal
yang dapat kita jadikan alasan untuk melakukan
konformitas tersebut, tidak
sepenuhnya kita ingkari.
Komentar
Posting Komentar