Permasalahan-Permasalahan Para Penyintas Bencana
Anak Anak Penyintas Bencana & Mobil Rescue Tagana Kemensos R.I. |
Ada yang pernah mendengar istilah bencana? lalu apa itu bencana? Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
Bencana Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Bencana Non Alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemic dan wabah penyakit. Bencana Sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antar kelompok dan antar komunitas masyarakat serta terror.
Beberapa masalah yang dihadapi oleh para korban bencana diantaranya adalah :
- Kelaparan adalah suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama. Dengan kondisi yang harus meninggalkan rumah tentu saja para pengungsi kehilangan harta benda mereka, bahkan memenuhi kebutuhan makan saja tidak bisa,dan terkadang bantuan datang terlambat sehingga menyebabkan pengungsi kelaparan dan hal ini merupakan masalah bagi pengungsi.
- Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. karena kondisi lingkungan yang tidak bersih bisa mengakibatkan penyakit mudah menyerang kesehatan pengungsi sehingga kondisi tersebut merupakan masalah yang cukup berat buat pengungsi.
- Dengan kondisi terkena bencana tentu saja banyak permasalahan yang harus dihadapi pengungsi, salah satunya yaitu keterbatasan komunikasi dengan sanak saudara maupun teman dan lain-lain, keterbatasan komunikasi ini di karenakan alat komunikasi yang hilang, rusak maupun keterbatasan jaringan akibat dari rusaknya fasilitas komunikasi.
- Banyak pengungsi yang menayakan bagaimana masa depan mereka setelah bencana berakhir, sehingga banyak pengungsi yang kebingungan dengan masa depan mereka setelah bencana berakhir apakah harus kembali ke rumah yang terkena bencana atau harus menetap di tempat pengungsian.
- Akan banyak sekali permasalahan yang muncul akibat dari bencana alam maupun bencana non alam yang terjadi, salah satunya adalah kehilangan tempat tinggal. Selain memporak porandakan tatan sosial daerah setempat seringkali bencana tersebut mengakibatkan kerusakan-kerusakan. Para korban bencana yang kehilangan tempat tinggal akan direlokasi ke shelter-shelter pengungsian. Keadaan di tenda pengungsian ini juga sangat rentan sekali sehingga memicu permasalahan-permasalahan lainnya seperti kesehatan lingkungan bahkan kesehatan fisik yang akan memicu timbulnya berbagai penyakit. Kehilangan tempat tinggal, harta benda bahkan terpisah dari sanak keluarga merupakan beberapa masalah yang akan dihadapi oleh para korban bencana.
- Pada situasi dan kondisi pasca bencana tidak menutup kemungkinan terjadinya kejahatan criminal, yang mana hal ini akan berdampak besar kepada para korban, keamanan dan keselamatan kaum perempuan sangat diutamakan untuk menghindari pelecehan seksual, selain itu anak-anak juga butuh perlindungan keamanan, para penyandang cacat bahkan kelompok rentan lainnya yakni lansia butuh jaminan dan perlindungan keamanan. Kehilangan rasa aman ini akan menyebabkan beberapa masalah lainnya seperti masalah tekanan psikologis yang berupa ketakutan, stress bahkan trauma. Memenag pada dasarnya ketika bencana terjadi maka saat itu juga lah tatanan sosial, ekonomi,politik daerah yang bersangkutan akan menjadi kacau.
- Bencana alam akan mengakibatkan korban merasa kehilangan, kedukaan, goncangan, tekanan psikologis (stress) dan trauma. Ada dua macam gangguan psikologis yang dialami korban bencana alam yaitu gangguan ringan dan gangguan berat.
Gangguan ringan meliputi:
Gangguan Emotif (terkejut, ketakutan, sering merasa cemas, marah, menyesal, merasa bersalah, mendapat cobaan, malu, berdosa, terhukum, diperlakukan tidak adil, merasa tanpa harapan (hopeless), tanpa arti, hampa, sendirian, kesepian, terasing, kehilangan minat, tak berdaya atau kehilangan rasa gembira dan cinta kasih, depresi);
Gangguan kognitif (bingung, tanpa arah, tak mampu mengambil keputusan, kuatir, tak bisa konsentrasi, kehilangan ingatan, mengutuk diri sendiri, menghindari hal-hal yang dapat mengingatkannya pada peristiwa traumatik itu)
Gangguan somatik (denyut jantung lebih cepat, tegang, badan mudah lelah, gemetaran, duduk tidak tenang, hiperaktif atau sebaliknya diam kaku, insomnia, lidah kaku, jantung berdebar lebih cepat, nafsu makan tidak ada, nafsu seks menurun, dada sesak, sulit tidur atau sebaliknya ingin tidur terus, mengigau, nafas pendek, dan tekanan darah naik atau turun, menderita kelelahan fisik karena kelainan psikologis;
Gangguan hubungan antarpribadi (mudah curiga, saling mempersalahkan, menyalahkan pihak lain, merasa tidak dapat menolong orang lain, mudah membenci, mudah marah, konflik, menarik diri, mengurung diri, mudah tersinggung, tidak dapat akrab atau intim dengan orang lain, merasa ditolak).
Gangguan berat meliputi:
Disosiasi untuk sementara kehilangan kesadaran (depersonalisasi: tentang diri sendiri; derealisasi tentang lingkungan; fuga: pindah tempat (jalan/ terbang/ naik bis/ KA/ mobil/ dllnya) tanpa kesadaran tahu-tahu sudah sampai di daerah lain dan tak bisa menceritakan kembali caranya, amnesia, berbicara kacau, berbicara sendiri dan sudah tidak merasa malu lagi); mimpi buruk (mimpi di siang bolong ketika dia sadar); mati rasa (kosong, tidak bisa merasakan apa-apa); mencuri untuk mengekpresikan kemarahannya; meledak-ledak (serangan panik, mudah marah, mudah tersinggung, tak bisa tenang); kecemasan berat (kecemasan yang sangat mengganggu, obsesif, kompulsif, merasa sendirian sama sekali); depresi berat (merasa tak berguna, tak ada harapan sama sekali, tak ada gunanya, tak ada artinya, semua menyedihkan); tindakan bunuh diri.
Komentar
Posting Komentar